Afrika Selatan merupakan salah satu
negara tertua di benua Afrika. Banyak suku telah menjadi penghuninya termasuk
suku Khoi,
Bushmen,
Xhosa
dan Zulu.
Penjelajah Belanda
yang dikenal sebagai Afrikaner
tiba disana pada 1652.
Pada saat itu Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah
penemuan cadangan berlian yang melimpah. Hal
ini menyebabkan Perang Britania-Belanda
dan dua Perang Boer.
Pada 1910, empat republik
utama digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan.
Pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania sepenuhnya.
Walaupun negara ini berada di bawah
jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi kuasa dengan pihak Afrikaner.
Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun 1940-an, saat partai
pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP)
memperoleh mayoritas di parlemen.
Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan dasar apartheid
(yang disahkan pada tahun 1948), suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan
sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi
ras. Namun demikian pemerintahan Britania kerap
kali menggagalkan usaha apartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.
Pergaulan bebas di kalangan masyarakat
Afrika Selatan di kawasan-kawasan perkotaan dan penindasan budaya kaum kulit
hitam sewaktu era apartheid
telah mengakibatkan hilangnya cara hidup lama di kota-kota di sini. Namun,
budaya kulit hitam masih ada di kawasan pedesaan. Beberapa perbedaan budaya
tetap ada di antara etnis-etnis di sana, seperti adat perkawinan
dan hukum adat mereka. Tetapi pada umumnya, tradisi masyarakat kulit hitam
adalah berlandaskan kepercayaan kepada dewa-dewa
yang perkasa serta maskulin, semangat nenek-moyang dan kuasa-kuasa gaib. Poligami
juga dibenarkan dan “lobolo” (mas kawin) biasanya akan dibayar. Kerbau
memainkan peranan penting dalam kebanyakan budaya, sebagai simbol kekayaan dan
hewan korban.
Kesenian Afrika Selatan dapat dilihat
dari berbagai lukisan gua
dan batu oleh suku San,
beberapa di antaranya dilukis sejak 26.000 tahun yang lalu. Manik-manik yang
direka secara teliti oleh suku Zulu
juga merupakan kerajinan tangan yang populer di negara ini. Sayangnya, budaya
kaum kulit hitam telah dihapus sewaktu era-apartheid. Tradisi sehari-hari yang
berkaitan erat dengan tradisi
dan budaya kaum kulit hitam telah diabaikan dan juga dihapuskan. Contoh yang
paling ketara adalah pemusnahan “District Six”, suatu kawasan multibudaya di Cape Town
dan Sophiatown di Johannesburg,
di mana banyak pemusik-pemusik terkenal internasional berkumpul dan mengasah
kemahiran mereka. Antara kelompok musik terkenal termasuklah Ladysmith Black Mambazo
yang berhasil membawa musik Afrika Selatan ke dunia Barat, sebelum dan juga
selepas apartheid.
Dari segi makanan, bistik atau sosis boerewors,
sayur rebus dan chips
(kentang goreng) adalah makanan utama, dan makanan yang lebih menantang biasanya
agak menakutkan. Makanan di sini mengarah lebih kepada daging. Makanan kaum
Afrika jarang dijual di restoran-restoran disini, walaupun orang-orang dapat
mendapatkan nasi yang murah serta “stew” dari gerai-gerai di perkotaan. Bir
dan brandy
merupakan minuman paling popular di kalangan masyarakatnya, dan anggur
semakin popular di sini.
Credit
: http://blogzpot.wordpress.com/2011/04/14/kebudayaan-afrika-afrika-selatan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar